Showing posts with label Jawa. Show all posts
Showing posts with label Jawa. Show all posts

Sunday, December 2, 2012

TENTANG HAID DAN NIFAS


MEREKA BERTANYA TENTANG HAID DAN NIFAS

1. Haid

A. Definisi Haid

Haid adalah darah yang keluar dari rahim secara berkala melalui vagina – bukan setelah melahirkan– pada usia subur (9 tahun lebih).

B. Hukum Mempelajari Haid

Setiap wanita wajib mempelajari haid dan hal-hal yang terkait. Bahkan sang suami tidak boleh melarang istrinya keluar rumah untuk belajar tentang hukum-hukum haid kecuali bila ia sanggup mengajar sendiri istrinya.

C. Usia Haid

Wanita dapat mengalami haid minimal sejak usia 9 tahun kurang 16 hari dengan hitungan kalender Hijriyah .

Wanita yang mengalami pendarahan beberapa hari sebelum usia minimal haid. Dan memanjang hingga memasuki usia minimal haid. Maka yang dihukumi haid hanya darah yang masuk pada usia minimal haid. Misalnya jika mengalami pendarahan 10 hari pada usia 9 tahun kurang 20 hari. Maka 4 hari pertama dari darahnya tidak dihukumi haid. Dan 6 hari berikutnya dihukumi haid.

Pendarahan yang terjadi pada masa monopouse dihukumi haid (bila tidak kurang dari 24 jam).

D. Masa Haid

Minimal masa haid adalah 24 jam jika darahnya keluar terus. Maksimalnya 15 hari 15 malam (360 jam) walaupun darahnya putus-putus, namun bila dijumlah darahnya mencapai 24 jam atau lebih.

Contoh; wanita yang pada tanggal 1 mengalami pendarahan 2 jam dan bersih 72 jam (3 hari). Kemudian mengalami pendarahan lagi 20 jam lalu bersih 10 hari. Selanjutnya keluar darah lagi 2 jam. Maka semua darahnya dihukumi haid. Karena jika dijumlah mencapai 24 jam dalam kurun waktu 15 hari.

Ulama berbeda pendapat mengenai masa bersih di sela-sela haid. Ada yang menghukumi haid, ada pula yang menghukumi suci.

Oleh karena itu wanita yang haidnya putus-putus, setiap darahnya berhenti wajib bersesuci dan shalat (bila mengikuti pendapat yang kedua).

Semisal ada orang mengalami haid 2 hari lalu bersih. Ia mengira dirinya sudah suci. Kemudian melaksanakan puasa. Selang 10 hari kemudian ternyata keluar darah lagi 2 hari. Maka semua darahnya dihukumi haid. Sedangkan puasa yang ia lakukan di masa bersih, bila mengikuti pendapat yang kedua, hukumnya sah. Namun bila mengikuti pendapat yang pertama (haid) ia wajib mengulangi lagi puasanya, sebab tidak sah.

Wanita yang kebiasaan haidnya 9 hari, lalu pada suatu saat mengalami pendarahan dua hari, dan bersih. Jika ada kemungkinan darahnya akan keluar lagi, ia boleh menunggu (tidak shalat) hingga hari ke 9. Namun jika ternyata darahnya tidak kembali lagi, ia harus mengqadha’ shalatnya .

Wanita yang mengalami haid dapat mengetahui bahwa darahnya bersih dengan cara memasukkan segumpal kapas ke dalam vagina. Bila pada kapas tersebut ada bercak (sekalipun hanya cairan keruh) berarti belum bersih / suci. Meskipun cairan tersebut tidak sampai mengalir ke vagina bagian luar (bagian yang tampak ketika sedang jongkok buang air) .

Banyak mereka yang salah paham dan menganggap cairan keruh keputihan bukan haid. Padahal kenyataannya empat mazhab menjelaskan yang sedemikian itu disebut haid .

Kesalahpahaman ini berakibat fatal. Sebab sebagian besar wanita mengalami pendarahan haid seperti berikut. Mula-mula keluar cairan keruh keputihan. Dan itu berlangsung hingga 2 hari (misalnya). Lalu keluar merah 4 hari. Kemudian keluar cairan keruh lagi 2 hari. Maka haidnya 8 hari. Sementara ada anggapan bahwa yang dihukumi haid hanya darah merah (yang 4 hari) saja. Sedangkan yang keruh dihukumi suci. Jadi pada saat merahnya berganti keruh, ia pun mandi. Kenyataannya ia masih dalam keadaan haid. Maka mandinya tidak sah. Kelak ketika haidnya benar-benar telah suci dengan bersihnya cairan keruh, ia berkewajiban shalat. Dan shalatnya tidak akan pernah sah kecuali ia melakukan mandi hadats.

Setiap wanita haid wajib melihat keadaan darahnya ketika hendak tidur dan setiap menjelang akhir waktu shalat. Untuk mengetahui shalat yang wajib dilaksanakan bila darahnya berhenti (dan tidak kembali lagi).

Namun menurut mazhab Maliki walaupun darahnya akan kembali lagi tetap wajib shalat. Sebab mazhab Maliki sepakat bahwa masa bersih di sela-sela haid dihukumi suci.

Wanita yang mengeluarkan darah putus-putus selama 15 hari 15 malam tetapi setelah dijumlahkan masa keluarnya tidak sampai 24 jam, tidak dihukumi haid. Dalam masalah ini imam Abil Abbas dari kalangan Syafi’iyah menghukuminya haid (beserta masa bersih di sela2nya)

Wanita hamil yang mengalami pendarahan, menurut mazhab Syafii dan Maliki disebut haid. Namun menurut Hanafi dan Hambali bukan haid .


2. Nifas


A. Definisi Nifas


Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan, meskipun yang dilahirkan hanya berupa ‘alaqah (gumpalan darah) atau mudghah (gumpalan daging). Atau yang dikenal dengan keguguran. Walaupun plasentanya (ari-ari, jw) masih tertinggal di dalam rahim.


B. Masa Nifas 


Waktu nifas minimal satu tetes atau sebentar. Maksimalnya 60 hari 60 malam, terhitung sejak dari keluarnya seluruh tubuh janin atau gumpalan daging. 


Hitungan nifas dimulai sejak usai melahirkan, bukan sejak keluarnya darah. Tetapi yang dihukumi nifas sejak keluarnya darah. Jadi wanita yang melahirkan tanggal 1 kemudian tanggal 10 baru keluar darah, maka hitungan 60 hari 60 malam dihitung sejak tanggal 1. Sedang yang dihukumi nifas sejak tanggal 10. Jadi antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 9 dihukumi suci, dan tetap wajib melakukan shalat.


Bila jarak antara selesai melahirkan dengan keluarnya darah itu mencapai 15 hari 15 malam (360 jam), maka darah tersebut tidak dihukumi nifas. Melainkan darah haid.


Wanita yang mengalami pendarahan dengan terputus-putus sebelum 60 hari 60 malam setelah melahirkan, maka semua darahnya dihukumi nifas. Sedangkan masa bersih di sela-sela nifas hukumnya sama dengan masa bersih di sela-sela haid. Ada yang menghukumi suci, ada yang menghukumi nifas.


Tapi perlu diingat, bila putusnya mencapai 15 hari 15 malam. Maka darah setelah masa putus tersebut bukan lagi nifas melainkan haid. Dan masa putus tersebut dihukumi suci.


Pendarahan yang karena melahirkan yang terjadi sebelum atau menyertai kelahiran tidak dihukumi nifas, ataupun haid. Kecuali bila bersambung dengan pendarahan haid yang terjadi sebelumnya. Misalnya wanita yang sebelum merasakan sakit akan melahirkan sudah mengalami pendarahaan beberapa hari (lebih 24 jam) sampai dengan terasa akan melahirkan ia tetap mengalami pendarahan. Maka semua darahnya dihukumi haid.


C. Masa Suci


Masa suci yang memisahkan haid dengan nifas atau nifas dengan nifas tidak harus 15 hari 15 malam (360 jam). Mungkin kurang dari 15 hari 15 malam (360 jam), atau bahkan tidak ada masa suci sama sekali. Dengan kata lain, tidak sama dengan masa suci antara dua haid.


Beberapa contoh:


Contoh 1: Seorang ibu melahirkan bayi kembar. Jika kelahiran pertama terjadi di pagi hari (misalnya) lalu mengalami pendarahan. Kemudian kelahiran ke dua terjadi di malam hari, disusul dengan pendarahan. Maka pendarahan setelah kelahiran pertama dihukumi nifas. Lalu setelah kelahiran kedua juga nifas yang lain. Dalam contoh ini, tidak terdapat masa suci yang memisahkan di antara dua nifas.


Contoh 2: Wanita hamil mengalami haid dan tidak putus hingga melahirkan. Kemudian mengalami pendarahan selama 10 hari. Dalam kasus ke 2 ini, darah yang keluar sebelum melahirkan dihukumi haid. Darah yang keluar setelah melahirkan dihukumi nifas. Haid dan nifasnya tidak dipisah oleh masa suci.


Contoh 3: Wanita yang mengalami nifas dan telah genap 60 hari. Darahnya mampat sebentar lalu mengeluarkan darah lagi selama dua hari. Di sini, darah yang keluar setelah bersih disebut haid. Sedangkan bersihnya darah disebut suci. Artinya, masa suci yang terjadi antara nifas dan haid hanya sebentar.


Catatan Penting!


‘Alaqah (gumpalan darah) yang keluar dari rahim wanita memiliki tiga konsekwensi hukum, yakni:


1. Darah yang keluar setelahnya dihukumi nifas.
2. Wajib mandi.
3. Membatalkan puasa.



Untuk gumpalan daging (mudghah), di samping memiliki tiga hukum di atas juga memiliki aspek hukum yang lain, yakni berakhirnya masa iddah. 


D. Mustahadhah Nifas


Wanita yang mengalami pendarahan setelah melahirkan melebihi 60 hari terhitung sejak melahirkan, disebut mustahadhah.


Ada tiga pendapat mengenai darah semacam ini:


1. Mayoritas ulama dan ini merupakan pendapat yang lebih benar (ashah) menyatakan tafsil. Sedikitnya ada 4 rincian mengenai hal ini, apakah dia bias membedakan warna darahnya (mumayyizah) atau tidak. Dan apakah pemula (mubtadiah) atau bukan (mu’tadah).


2. Nifasnya 60 hari selebihnya istihadhah


3. Nifasnya 60 hari, selebihnya haid.


Mohon maaf karena kami tidak menjelaskan secara rinci pendapat yang pertama.
Sumber: http://www.piss-ktb.com/2012/06/dan-mereka-bertanya-tentang-haid-haid.html

Saturday, August 4, 2012

KHUTBAH IDUL FITRI 1437 H Versi BAHASA JAWA


Khutbah Idul Fitri 1437 H/2016 M
Zudi Rahmanto
اَللهُ اَكْبَرْ (×9)
 اَللهُ اَكْبَرْ مَا هَبَّتْ نَسَائِمُ اْلاَفْرَاحِ بِالتَّهَانِى وَالسُّرُوْرِ, وَاَقْبَلَتْ بَشَائِرُ اْلا َعْيَادِ بِالتَّدَانِى وَاْلحُبُّوْرِ, وَتَعَطَّرَتِ اْلاَفْوَاهُ كَمَا يَنْبَغِى اَنْ يُحْمَدَ رَبُّنَا وَيُشْكَرَ. اَللهُ اَكْبَرْ, مَاسَجَعَتْ وُرْقُ اْلمُؤَذِّنِيْنَ فَوْقَ اْلمَنَائِرِ. وَغَرَّدَتْ بَلاَبِلُ اْلخُطَبَاءِ فَوْقَ اَعْوَادِ اْلمَنَابِرِ. وَنُشِرَتْ فِى هَذَا اْليَوْمِ اَعْلاَمُ التَّكْبِيْرِ وَالذِّكْرِ, وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.
اَللهُ اَكْبَرْ, مَا تَزَيَّنَ الْمُسْلِمُوْنَ بِجَمِيْلِ الثِّيَابِ وَخَرَجُوا يَمْشُوْنَ اِلَى اْلمَسَاجِدِ وَالصَّحَارَى ذَاكِرِيْنَ اللهَ فِى الذَّهَابِ وَاْلاِيَابِ. فَهَنِيْئًا لِمَنْ بِاْلاِخْلاَصِ قَدْ تَعَطَّرَ.
 اَللهُ اَكْبَرْ, مَا جَهَرَ مُسْلِمٌ بِالتَّكْبِيْرِ مِنْ مَنْزِلِهِ اِلَى مُصَلاَّهُ, وَاسْتَمَرَّ يُكَبِّرُ حَتَّى قَدُمَ اْلاِمَامُ وَقَامَ اِلَى الصَّلاَةِ, فَنَوَى بِتَكْبِيْرَةِ اْلاِحْرَامِ وَقَالَ : اَللهُ اَكْبَرْ.
 اَللهُ اَكْبَرُ فِى مِثْلِ هَذَا الْيَوْمِ تَتَضَاعَفُ اْلاُجُوْرُ وَاْلحَسَنَاتُ, وَتَنْمُوْ بِهِ اْلخَيْرَاتُ وَاْلبَرَكَاتُ, وَيُسْتَزَادُ مِنْ اَلاَءِ اللهِ وَيُسْتَكْثَرُ.
 اَللهُ اَكْبَرْ (×٣(
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى مَدَّ لَنَا مَوَائِدَ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ, وَاَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذَا اْليَوْمِ عَوَائِدَ بَرِّهِ وَاِكْرَامِهِ, وَاَلْبَسْنَا مَلاَبِسَ اْلعِزِّ وَاْلاَفْخَرِ. اَحْمَدُهُ حَمْدَ مَنْ نَطَقَتِ اْلاَلْسُنُ بِشُكْرِهِ فِى اْلمَسَاءِ وَالصَّبَاحِ, وَتَرَنَّمَ بِهِ اْلعَبْدُ فِى كُلِّ غُدُوٍّ وَرَوَاحٍ, وَسَبَّحَ بِحَمْدِ رَبِّهِ وَاسْتَغْفَرَ.وَاَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ, اَلْمُشَفَّعِ فِى الْمَحْشَرِ, وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ بِمِلَّتِهِ اشْتَهَرَ.
 اَللهُ اَكْبَرْ (×٣(  عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا اَنَّ هَذَا يَوْمُ عِيْدٍ وَسُرُوْرٍ ... وَاِعْتَاقٍ مِنَ النَّارِ وَاُجُوْرٍ……..

Kaum Muslimin Muslimat Rahimakumullah…
Langkung rumiyin kulo wasiyat dumateng pribadi kulo piyambak lan dateng kaum sedulur kulo muslim sedoyo. Monggo sami ajrih dateng ngarsanipun Allah kelawan netepi sikap lan sifat takwa ingkang saestu-estu. Sejatosipun takwa inggih kelawan ngamalaken sedoyo menopo ingkang dados dawuhipun Allah lan nebihi sedoyo  larangan-laranganipoun Allah swt.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Kaum Muslimin Muslimat Ingkang kulo mulyaaken… Dinten niki dinten riyoyo Fitri utawi Idul Fitri. Fithri nniku artosipun secara bahasa buko, minongko tandane wus rampung anggene nglampahi puasa ramadhan. Kanthi rahmat lan kabugrahaning Gusti Allah, kito sedoyo saget ngrampungaken kewajiban puasa kang kelebu rukun Islam kang werno limo. Saksuwene poso nniku kito pun saget nyingkirake hawa nafsu saking mangan ,ngombe lan liya liyane ,mulo kelawan tumibane ‘Idul Fitri iki kito kraos pikantuk kemenangan koyo dene prajurit kang nembe kondur saking medan perang kelawan mbekto kemenangan kang kilang gumilang, sak temene nggih pancen kados mekaten, nglawan hawa nafsu niku dumunung sewijine jihad, sewijine perjuangan kang gede, Rosululloh saw naliko kondur saking peperangan nglawan musuh kaum kafir lan musyrikin ing medan perang, Panjenenganipun  banjur ngendika:
رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلاَصْغَرِ اِلَى اْلجِهَادِ اْلاَكْبَرِ, جِهَادِ النَّفْسِ
Artine: Kito kabeh pada bali songko jihad kang cilik (ngelawan mungsuh) nuju ngadepi jihad kang luwih gedhe, ya niku Jihad (nglawan) Nefsu”..
Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Akeh banget poro menungso kang ngakeni beragama islam, nanging sholat mboten nate ngelakoni, poso ugi mboten. Anehe yen ‘Idul Fitri pun dumugi, yo melu bungah-bungah, lan melu seneng-seneng, klambi anyar,  lan liya-liyane. Polah tingkahipun menungso-menungso wau koyo-koyo poro pahlawan ingkang nembe wangsul sangking medan perang, nanging sak temene rupane mungsuh mawon mboten sami weruh, nopo manlih mateni lan natoni mengsah.
Banget olehe mboten gadhahi raos isin piyantun-piyantun kados mekaten nniku, ngaku nipun pahlawan perang, nyatane mung pahlawan jajan lan jenang.  Nyambut riyadin kanthi bingah lan suko cito pareng ke mawon,, bungah-bungah oleh, nanging sak madya mawon. Ono sawijine ulama islam, arane Abu Yazid, ngucap mangkene :
لَيْسَ اْلعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ اْلجَدِيْدَ, وَلاَ لِمَنْ اَكَلَ اْلقَدِيْدَ, وَلَكِنَّ اْلعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ, وَخَافَ اْلوَعِيْدَ.
Artine: “riyoyo niku dudu kanggo piyantun kang nyandang anyar tur mangan dendeng enak, nanging riyoyo niku kanggone piyantun kang ketaatane marang Alloh biso tambah lan wedi marang ancaman siksane.”
Dadi jelas menawai piyantun kang naliko nyambut dino riyoyo mung kelawan seneng-seneng lan lampah mubadzir, nniku namung nuruti kekarepane howo nafsune lan yen dituruti terus, hawa nafsu nniku mboten wonten mareme, ora ono akhire. Tambah suwe tambah ndadi, koyo dene piyantun ngunjuk banyu segoro kang asin, tambah akeh olehe ngombe, tambah nemen ngelake. Imam Al Bushiri ing dalem kitab Al Burdah, ngaturaken syi’irane :
وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ اِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى * حُبِّ الرَّضَاعِ وَاِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
“Howo nafsu niku koyo bocah cilik, lamun siro tok ake, mesti terus olehe seneng nyusu, nanging lamun siro sapih (dipedot) hiyo bakal kasapih (biso medhot banyu susu).”
Rosululloh SAW ngendikaake yen piyantun kang seneng nuruti nafsune niku durung biso sempurno imane.
لاَيُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّي يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Artine : “Ora sampurno imane salah sawijine siro kabeh, sahinggo howo nafsune gelem di anutake marang agomo kang ingsun (Nabi Muhammad) gawa (yakni Agami Islam).”  Diriwayatake deneng Imam Bukhori.
Dados sanes agamine kang dianutake miturut kekarepane howo nafsune, Nanging howo nafsune kang kedah di rem, dipekak lan sarto dikendalikno sarto disetir dening agami Islam. Yen lampah niki pun saget ditindak aken nembe saget kawastanan sampurno imanipun.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Kaum Muslimin Muslimat Ingkang Berbahagia.
Saben-saben piyantun kang anduweni cito-cito utowo niat kepingin gayuh sewijine perkoro kang nyebabake kepenak, mesti lan wajib wani ngadepi kesengsaran, kerupekan lan wajib tahan tur sabar.  Kito kepingin ngraosaken legine nangka, kedah wani keno pulut, kito kepingin ngraosaken legine madu tawon, kedah wani dientup tawon, lan sak lajengipun.
Ringkesipun kabeh kelapangan lan kesenengan kedah digoleki kelawan wani nandang sengsoro lan prihatin. Semanten ugi dino riyaya niki, dino kang dirameake kelawan kabungahan lan kasenengan, saget kalampah mung kelawan wontenipun wulan poso romadhon ingkang ing sak lebeting sewulan muput terus-terus ngraosaken ngelak lang ngelih utawa weteng luwe. Mulo piyantun kang tumut Riyoyo, emoh nindakaken poso niku keno diarani gawe sakepenake dewe, ibarat gelem mangan nangkane emoh gupak pulute. Rekoso disik banjur bungah-bungah, niku ora mung menungso thok, cobi kito pirsani kahanane kupu, asale uler. Naliko deweke kepengin biso mabur dadi kupu, bebas mrono mrene, banjur deweke ngenthung, poso ora mangan lan ora ngombe, awake dilebokake guwo, yoniku enthunge/ungkrunge, nganthi pirang-pirang dino. Akhire dadi kupu, biso ngambah gegono, mebur kelawan sentosa. Kang mengkene wajib dadi pepeling utowo tadzkiroh tumrap poro menungso kang biso migunaake akale. Mulo niku cocok banget nopo ingkang dipun dhawuhake dening Allah Ta’ala :
فَإِنَّ مَعَ اْلعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ اْلعُسْرِ يُسْرًا (سورة الإنشراح: 5-6)
 Artine : “Amarga Sa’temene sawuse angel iku ana gampang. Satemene sawuse angel ana gampang”

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.
Poro kaum muslimin !
Naliko Shiyam kito ngraosaken ngelih lan ngelak, kiro-kiro mung ing wektu poso thok kito ngraosaken mekaten, menawi mboten poso mesti saget dhahar-ngunjuk-udud nganti kuwaregen lan marem. Nanging yen kitho neliti kahanane poro kaum faqir miskin, sangsara banget pagesanganipun, sedina mangan sedina mboten, sandangane suwek-suwek owal-awilan mboten wonten gantine lan saben dinane mlaku turut dalan jaluk kawelasane tiyang sanes. Piyantun kang mengkene iki saben dino ngraosaken ngelak lan ngelih, saben dina atine tansah susah kerono durung karuan kang dipangan. Kadang-kadang ketambahan nggadahi anak yatim, sebab bapake wus ora ono, minggat utowo sampun swargi. Mulo niku sakwuse kitho ngraosaken sangsarane ora mangan lan ora ngombe sewulan muput, banjur mestine yo kedah thukul roso welas lan asih marang poro faqir miskin.
Kerono niku agama islam banjur majibaken tumrap ummatipun supados ngedalaken zakat fithrah lan yen ono sandangan kang wus ora dienggo, becike dishodaqohake marang piyantun-piyantun kang kekurangan niku. Kelawan nindaake iki, kitho jenenge wus ngamalake perintahe Rosululloh saw hiyo niku :

أَغْنُوْهُمْ عَنِ السُّؤَالِ فِى هَذَا اْليَوْمِ .

Artine : “Poro faqir miskin niku cukupono (sandang pangane) supoyo ojo nganthi jejaluk ing dino riyoyo iki.”

Tegese ojo nganthi yen dino riyoyo niku katon ono piyantun ngemis, sebab mesaake banget, wayahe piyantun akeh podo seneng-seneng, sambang-sinambang, ziaroh-ziarohan kelawan mangan jajan lan ngombe wedang, dumadaan isih ono sepirangan menungso kang kapekso jaluk-jaluk kanggo ngisi wetenge, mongko yen ditakoni agamane, piyantun ngemis mahu ngandaake, “agami kulo Islam”. Dadi yen mengkono piyantun niku isih sedulur kitho dewe tunggal agama. Opo ora terenyuh manah kitho. Mugo-mugo kitho diparingi sifat welas lan asih marang sepdo-podo makhluq ing bumi, supoyo kitho diasihi dening sinten kemawaon kang mapan ono ing langit. Rosululloh saw dawuh :
اِرْحَمْ مَنْ فِى اْلأَرْضِ ، يَرْحَمْكَ مَنْ فِى السَّمَاء
ِArtine : “Welaso siro marang kang ono ing bumi, siro mesti diwelasi kang ono ing langit.” Diriwayatake dening Imam At Thobroni saking shohabat Jarir ra.

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.
 أَعُوْذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  :وَاَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ اْلمَوْتُ فَيَقُوْلُ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِى اِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ , فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ. وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا , وَاللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ  (سورة المنافقون : ۱۰-۱۱(
Artine :
“Lan siro kabeh podo infaqna songko rizqi kang wus ingsun paringake marang siro kabeh, sak durunge salah suwijine siro kabeh niku katekan pati, banjur matur : “Duh pengeran kulo, mugi panjenengan paring wekdal sakedap kemawon kulo bade shodaqoh lan bade dados golonganipun tiyang sahe-sahe. Alloh ora bakal paring kelonggaran wektu marang piyantun lamun wus teka titi mangsane pati. Alloh niku Moho Waspodo marang opo wahe kang siro kabeh tindaake.”
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ اْلعَظِيْمِ . عِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ, وَاَحُثُّكُمْ وَنَفْسِى عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الخطبة الثانية
الله أكبر  X7
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله . اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين وسلم تسليما كثيرا .
أما بعد  :فيا أيها الناس اتقوا الله ولازموا الصلاة على خير خلقه عليه الصلاة والسلام.  فقد أمركم الله بذلك إرشادا وتعليما. فقال: إن الله وملائكته يصلون على النبى . يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين . وعلى التابعين ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين. وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.

اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك على كل شيئ قدير . اللهم أعز الإسلام والمسلمين. وأهلك الكفرة والمبتدعة والرافضة والمشركين . ودمر أعداء الدين . واجعل اللهم ولايتنا فيمن خافك واتقاك. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار . ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بلإيمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رؤوف الرحيم والحمد لله رب العالمين.